» » » Si Kecil Ingin Corat-coret? Boleh, Tapi Ada Aturannya

Si Kecil Ingin Corat-coret? Boleh, Tapi Ada Aturannya

Penulis By on Rabu, 02 September 2015 |


Orang tua perlu memberi kebebasan anak untuk bereksplorasi secara mendalam terhadap lingkungan sekitarnya. Kebebasan yang seperti apa sih?

Dijelaskan psikolog anak dan keluarga Roslina Verauli, MPsi, Psi, kebebasan yang diberikan pada orang tua dalam arti anak bebas mengeksplorasi, menjelajah, dan memainkan imajinasinya ketika ia melakukan sesuatu dengan lingungkan di sekitarnya.

"Namun, pastikan anak nggak melanggar ketertiban, tidak melanggar aturan. Meskipun tiap keluarga memang punya aturan sendiri ya," kata wanita yang akrab disapa Vera ini usai konferensi pers 'Tumbuh dan Menjelajah Lebih Lagi Bersama BebeExpplora' di Kembang Goela Resto, Plaza 

Contohnya saja, seperti yang sering dialami orang tua yakni ketika anak mencoret-coret tembok sebagai bentuk eksplorasi dia terhadap lingkungan sekitar. Jika anak sudah mulai 'hobi' coret-coret, orang tua perlu segera mengarahkan anak. Caranya, dengan memberi anak media coret-coret yang tepat.

Misalnya saja white board atau kertas bisa menjadi sarana coret-coret anak. Namun, Vera menegaskan bahwa tidap keluarga memiliki aturan berbeda. Ada orang tua yang tak ambil pusing jika sang anak mencoret-coret tembok karena nanti bisa dicat kembali.



"Tapi tetap diarahkan di mana dia boleh melakukan itu. Kalau nggak bisa-bisa di mana-mana dia nyoret-nyoret tembok aja. Atau anak nyoret sofa, kasih tahu sofa itu tempat duduk, bukan untuk dicoret-coret, anak kan butuh arahan," lanjut Vera.

Lantas, bagaimana jika orang tua sering melarang anak melakukan sesuatu? Menurut Vera, sah-sah saja orang tua mengatakan 'jangan' pada anak sebagai bentuk larangan ketika anak berada dalam kondisi bahaya. Seperti ketika anak bermain di dekat sumur yang dalam, dekat listrik, atau melakukan sesuatu yang memang membahayakan.

Sedangkan, ketika anak sering dilarang melakukan hal-hal yang sebenarnya tidak bahaya, cara itu akan mematikan kreativitasnya. Selain itu, si kecil akan tumbuh menjadi anak yang ragu-ragu, merasa tidak dipercaya, dan tidak percaya diri.

"Dia merasa tidak bebas sehingga bikin anak nggak percaya diri. Saat besar, anak bisa ragu-ragu dalam mengambil keputusan dan nggak pede karena dulunya dia merasa mampu tapi terus-terusan dilarang," pungkas Vera.
Baca Juga Artikel Terkait Lainnya